Pengaruh Budaya FOMO terhadap Standar Etika Komunikasi

Pengaruh Budaya FOMO terhadap Standar Etika Komunikasi

Budaya FOMO (Fear of Missing Out) merupakan budaya yang sangat melekat pada generasi saat ini, terutama karena pengaruh dari media sosial. FOMO adalah ketakutan untuk ketinggalan momen seru yang dialami orang lain. Fenomena ini mempengaruhi cara kita berkomunikasi, termasuk dalam hal kejujuran dan tanggung jawab saat menyebarkan informasi.

Dengan adanya media sosial, kita bisa berbagi setiap momen dalam hidup kita secara instan. Namun, tekanan untuk selalu terlihat menarik membuat banyak orang terkadang mengubah kenyataan. Hal ini terkait dengan masalah utama yang akan dibahas: bagaimana FOMO mempengaruhi etika komunikasi.

Salah satu prinsip penting dalam komunikasi adalah kejujuran. Namun, karena tekanan FOMO, banyak yang tergoda untuk memanipulasi kenyataan agar mendapat perhatian lebih banyak di media sosial. Akibatnya, apa yang kita lihat di media sosial seringkali bukan gambaran nyata dari kehidupan seseorang. Kejujuran sangat penting untuk memastikan informasi yang kita bagikan dapat dipercaya. 

Setiap informasi yang kita bagikan harus dipertimbangkan dampaknya. Informasi yang tidak akurat atau sensasional bisa menyesatkan dan merugikan orang lain. Misalnya, menyebarkan berita palsu atau hoaks bisa membuat orang panik atau salah mengambil keputusan. Oleh karena itu, kita harus selalu memverifikasi informasi sebelum membagikannya.

FOMO juga bisa menyebabkan stres dan kecemasan dikarenakan tekanan untuk selalu terlihat aktif di media sosial. Kita merasa harus terus memposting dan mengikuti apa yang dilakukan teman-teman kita, yang bisa membuat kita merasa lelah dan tertekan. Menyadari bahwa media sosial sering hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan bisa membantu mengurangi tekanan ini. Kita perlu ingat bahwa semua orang punya masalah dan tantangan yang tidak selalu terlihat di media sosial. 

Untuk menjaga etika komunikasi, kita perlu belajar tentang literasi media, artinya kita harus bisa memilah informasi yang akurat dan memahami bagaimana informasi diproduksi dan disebarkan. Selain itu, platform media sosial harus lebih ketat dalam menegakkan kebijakan yang mendorong kejujuran. Mereka bisa menggunakan algoritma yang tidak hanya mempromosikan konten sensasional, tetapi juga konten yang informatif dan akurat.

FOMO membawa tantangan besar bagi etika komunikasi. Tekanan untuk selalu terhubung dan berbagi momen hidup bisa mendorong perilaku yang tidak jujur dan merusak kepercayaan terhadap informasi. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk lebih kritis dan berkomitmen pada prinsip-prinsip etika komunikasi. Dengan begitu, kita bisa menjaga kualitas dan kepercayaan terhadap informasi yang kita bagikan, serta menciptakan qlingkungan komunikasi yang lebih sehat dan bertanggung jawab.

Opini oleh: Emanuelle Vallerian Anandayu – Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Surabaya