15 Persen Pemuda Ingin Isi Jabatan Publik, Namun Tidak Mau Berpartai
Rumah Kebangsaan Jawa Timur kembali mengadakan dialog dengan judul “Talkshow Politik #1 – 2024 dan Klaim Potensi Anak Muda.

Beritana, Surabaya- Rumah Kebangsaan Jawa Timur kembali mengadakan dialog dengan judul “Talkshow Politik #1 – 2024 dan Klaim Potensi Anak Muda” pada Sabtu (14/01/2023) di Sekret Rumah Kebangsaan Jawa Timur, Surabaya.

Acara yang digelar secara hybrid ini mendatangkan 4 pemateri yaitu Ketua Bidang Kepemudaan PKS Jawa Timur Dian Heri Setiawan, Valentinus Boro Beda Casey Politisi Partai NasDem Jawa Timur Singgih Manggalou Pengamat Politik UPN Veteran Jawa Timur, dan Santi Fauziah Politisi PPP Jawa Timur serta dimoderatori oleh Fadil.

Tujuan adanya acara ini adalah untuk memperluas wawasan politik untuk kaum milenial dan gen z yang menjadi penyumbang hak suara paling banyak pada Pemilu pada 14 Februari 2024 mendatang.

Kegiatan ini juga untuk menjawab tantangan zaman dan budaya bahwa kaum milenial dan gen z cenderung apatis dan kurang partisipasi politiknya. Hal ini disebabkan karna banyaknya catatan merah yang datang dari partai politik sehingga elektabilitasnya menurun. Padahal, hal tersebut tidak dapat dinilai secara hitam dan putih saja.

Santi Fauziah mengatakan, berdasarkan survei Center of Strategic and International Studies terdapat 85,9% responden memilih pada Pemilu tahun 2014, dan tahun 2019 angka responden naik hingga 91,3 % yang terdiri dari usia 17 hingga 30 tahun. Fauziah mengatakan bahwa kehadiran pemuda dalam pesta Pemilu 2024 ini diharapkan akan melebihi dari 2 periode sebelumnya.

Sedangkan, Dian Heri Setiawan mengatakan tentang apatisme pemuda tentang dunia politik.

“Sebenernya partisipasi mereka itu tinggi, tetapi secara partisipasi ya, tapi saat kemudian mereka diminta untuk terlibat aktif di politik itu sepertinya secara riset mengenaskan, karna datanya hanya tiga koma sekian persen, anak muda yang mau ikut terlibat di politik” ungkapnya.

Dian juga mengungkapkan, untuk mengembalikan kepercayaan pemuda pada politik adalah jangan menjadikannya sebagai objek politik yang hanya dibutuhkan pada Pemilu saja namun mereka patut menjadi subjek politik dengan melakukan politik pemberdayaan.

Menanggapi ungkapan Dian, Valentinus berpendapat bahwa pemuda sebagai subjek politik adalah ikut terlibat aktif dalam giat-giat perpolitikan yang disenadakan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Valentinus juag mengatakan bahwa pemuda usah tidak hanya menonton tetapi juga masuk dan ikut menentukan kebijakan.

“Kita mengajak sebanyak-banyaknya anak muda untuk terlibat aktif di dalam politik praktis, karna apa, hari ini kawan-kawan semua, kita ketahui bahwa kemajuan zaman ini memaksa kita, memaksa anak-anak muda ini untuk kemudian lebih dekat dengan masyarakat dengan mudah,” ungkapnya.

Sementara itu, Singgih Manggalou mengungkapkan ada 15% kaum milenial yg ingin mengisi posisi jabatan publik. Namun, keinginan untuk berpartai angkanya sangat minim yakni sekitar 1%.

 

“Pada posisi ini, dengan isu-isu terbaru ini banyak yang belum mau memang karna isu korupsi dan sebagainya yang kira-kira, temen-temen milenial ini tidak suka dengan itu, tidak suka dengan cara merebut kekuasaan yang memakai cara, trik dan sebagainya meskipun dalam dunia politik itu hanyalah game saja buat kita. Tetapi pada masyarakat umum, bagi masyarakat milenial apalagi yang belum berorganisasi, ini melihatnya sebagai sebuah hal yang jelek,” ungkapnya. 

What's your reaction?

Facebook Conversations