Beritana, Bangkalan - Boris Johnson Perdana Menteri Inggris, Selasa (16/3) pada saat menguraikan strategi pertahanan Inggris selama 10 tahun kedepan dia berjanji akan menanggapi tantangan sistematik yang diakibatkan oleh China. Akan tetapi sejumlah anggota Partai Konservatif yang berkuasa menuduh Perdana Menteri terlalu lunak terhadap negeri tirai bambu.
Tak hanya dikawasan Eropa, Inggris sedang berupaya untuk memainkan peran baru di dunia internasional. Sebuah dokumen Pemerintah Inggris menyatakan peringatan bahwa China merupakan tantangan sistematik terhadap keamanan, kemakmuran dan nilai nilai Inggris, dan Rusia tetap akan menjadi ancaman serius yang sedang dihadapi negara.
"Inggris memimpin masyarakat internasional dalam mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap penahanan massal yang dilakukan oleh China kepada Warga Uighur di Xinjiang dan sekaligus prakarsa yang memberikan 3 juta warga Hong Kong sebuah jalur untuk memperoleh kewarganegaraan Inggris," Kata Boris Johnson dihadapan Parlemen, Selasa (16/3).
"Tidak perlu diragukan lagi bahwa China akan menjadi tantangan besar bagi sebuah masyarakat yang terbuka seperti kita, tapi kamu akan bekerja sama dengan China dalam bidang yang selaras dengan nilai-nilai dan kepentingan Inggris, termasuk menanggapi perubahan iklim dan membangun sebuah hubungan ekonomi yang lebih kuat dan positif," kata Johnson.
Perdana Menteri Inggris itu menambahkan, bahwa perubahan prioritas pertahanan akan memungkinkan Inggris untuk memenuhi janji pasca-Brexit berupa Inggris global."
Namun, sejumlah anggota Partai Konservatif yang berkuasa menuduh bahwa Perdana Menteri Inggris itu terlalu lunak kepada China dikarenakan telah berusaha untuk melakukan hubungan perdagangan yang lebih mendalam.
Tobias Ellwood, ketua Komite Pertahanan di Parlemen menulis di Twitter bahwa pemerintah Inggris masih menganggap negeri tirai bambu bukan merupakan ancaman geo-strategis melainkan sebagai mitra perdagangan.
Sumber: Foto/CGTN