Blitar - Mengendarai vespa berwarna putih, Calon Wakil Bupati Kabupaten Blitar, Abdul Ghoni tampak menikmati perjalanan menuju Candi Simping, Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Minggu (27/10/2024).
Pagi itu, berpakaian santai dengan rompi levis, pria yang akrab disapa Mas Ghoni hendak menjalankan agenda budaya. Sekira pukul 09.00 WIB, ia telah tiba di Candi Simping. Tim pemenangan dan para relawan menyambut Mas Ghoni dengan sukacita.
Di tempat persemayaman abu pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya, nuansa historis kental terasa menyambut Mas Ghoni. Bersama Raihan, juru pelihara candi, Mas Ghoni mengawali diskusi panjang tentang sejarah dan nilai penting yang tersimpan di situs tersebut.
Candi yang terletak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Blitar, menyimpan nilai sejarah yang besar. Tempat ini menjadi saksi perjalanan hidup Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, yang menjadi cikal bakal Nusantara.
Meski begitu, popularitas Candi Simping belum sebanding dengan situs bersejarah lainnya di Blitar, seperti Makam Bung Karno. Sejak ditemukan kembali oleh Johannes Elias Teijsmann pada tahun 1854 dalam kondisi yang sudah runtuh, candi ini masih perlu perhatian dan konservasi lebih lanjut.
Hingga kini, relief-relief indah yang menghiasi batu andesit candi masih dapat dinikmati, meskipun sebagian besar bangunan atasnya sudah rusak.
Dalam percakapan dengan Raihan, Mas Ghoni menggali lebih dalam mengenai kondisi candi dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga situs tersebut. Raihan menjelaskan bahwa Candi Simping hanya memiliki sedikit pengunjung, bahkan pada hari-hari besar.
“Tidak banyak orang yang tahu, padahal ini adalah bagian dari sejarah kita,” ungkap Raihan.
Mas Ghoni menegaskan akan menghidupkan kembali situs-situs bersejarah. Sebab, ia menilai bahwa pelestarian budaya merupakan salah satu tanggung jawab utama pemerintah
“Ini adalah kewajiban kami untuk memastikan situs-situs budaya, seperti Candi Simping, tetap lestari,” ujar Mas Ghoni.
Bagi Mas Ghoni, candi ini bukan sekadar bangunan. tetapi merupakan simbol lahirnya Nusantara yang kaya akan nilai-nilai sejarah dan budaya. Namun, Mas Ghoni melihat, selama ini perhatian terhadap Candi Simping kurang maksimal. Bahkan sering kali terlewatkan dalam agenda Hari Jadi Blitar.
Menurutnya, hal ini sangat disayangkan mengingat peran penting Candi Simping sebagai tempat pendarmaan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Mas Ghoni berjanji, jika terpilih, Candi Simping akan dimasukkan dalam rangkaian ziarah resmi pada Hari Jadi Blitar.
“Saya jamin tidak akan terlewatkan lagi. Ini janji saya,” tegasnya.
Sebagai bagian dari visinya, Mas Ghoni memandang Candi Simping bukan hanya sebagai situs sejarah, tetapi juga potensi besar dalam pengembangan wisata. Ia menilai bahwa wisata sejarah, yang menggabungkan edukasi dan budaya, memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Dengan program yang akan dijalankan, Mas Ghoni berharap Candi Simping dapat menjadi destinasi wisata edukatif yang bisa menarik minat masyarakat lokal maupun pengunjung dari luar daerah.
“Kami tidak hanya berfokus pada wisata alam, tetapi juga pada wisata budaya yang memiliki nilai edukasi tinggi,” jelasnya.
Mas Ghoni menambahkan bahwa situs ini akan dijadikan tempat belajar bagi para pelajar, mulai dari tingkat SD hingga SMA, agar mereka dapat memahami dan mengapresiasi sejarah Blitar.
Selain itu, Mas Ghoni juga menyoroti pentingnya melibatkan generasi muda dalam upaya pelestarian sejarah lokal. Menurutnya, program yang ia canangkan akan memberikan ruang bagi pelajar untuk memahami sejarah secara langsung, bukan hanya dari buku atau teori di kelas.
Dengan mengunjungi dan mempelajari langsung Candi Simping, Mas Ghoni berharap generasi muda akan merasa bangga dengan warisan budaya mereka sendiri.
Sejalan dengan program pelestarian budaya, Mas Ghoni juga merencanakan untuk mengintegrasikan situs-situs bersejarah ini ke dalam kurikulum pendidikan lokal.
Ia berharap generasi muda Blitar lebih mengenal akar sejarah mereka dan menjadikannya sebagai bagian dari identitas yang mereka banggakan.
“Program kami akan menggabungkan elemen sejarah dan nasionalisme dalam berbagai kegiatan edukatif,” tambahnya.
Dengan demikian, Mas Ghoni ingin agar pelestarian Candi Simping dapat berkesinambungan, bukan hanya untuk kepentingan generasi saat ini, tetapi juga untuk diwariskan kepada generasi mendatang.
Sementara itu, tanggapan positif datang dari budayawan Blitar, Anwar Hakim Darajad. Ia menilai inisiatif Mas Ghoni dalam mengangkat nilai sejarah lokal patut diapresiasi.
Menurut Anwar, Blitar memiliki potensi besar dalam pengembangan wisata sejarah, terutama dengan situs-situs penting seperti Candi Simping dan Penataran.
Namun, Anwar mengingatkan agar program ini tidak hanya berfokus pada kepentingan ekonomi, tetapi juga pada aspek edukasi dan konservasi.
“Upaya untuk menghidupkan kembali nilai-nilai sejarah ini harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, baik dari segi edukasi maupun konservasi,” ujar Anwar.
Ia menambahkan bahwa peran masyarakat juga sangat penting dalam menjaga dan melestarikan situs-situs sejarah. Menurutnya, keterlibatan aktif masyarakat, terutama generasi muda, akan memastikan bahwa sejarah Blitar tetap terjaga dan diwariskan ke generasi berikutnya.
Dengan semangat besar yang dibawa oleh Mas Ghoni diharapkan Candi Simping bisa menjadi ikon sejarah yang lebih dikenal, tidak hanya di Blitar tetapi juga di tingkat nasional.
Melalui program-program ini, Mas Ghoni berharap agar sejarah Blitar dapat terus hidup dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, membangun identitas yang kokoh, serta memperkuat kebanggaan mereka terhadap warisan budaya yang ada.