Beritana, Bangkalan - Antonio Guterres Sekertaris Jenderal PBB mendesak agar Amerika Serikat dan China menata ulang hubungan serta menyarankan kedua negara berkeja untuk kepentingan bersama dalam menangani memerangi perubahan iklim.
Sekertaris Jenderal PBB itu mengakui bahwa jelas dalam hak asasi manusia tidak ada ruang untuk kesepakatan dan kesamaan visi, serta dia meyakini adanya bidang kesamaan dalam perkembangan persamaan kepentingan serta menyerukan agar bidang itu menjadi tujuan bersama kedua pihak itu untuk bersama komunitas internasional dan bidang itu merupakan tindakan terkait Iklim.
Sejak Amerika Serikat dipimpin oleh Donald Trump mengumumkan mundur dari perjanjian Paris, China terus mengurangi emisi.
Presiden China Di Jinping Pada Sidang Umum Virtual PBB mengumumkan bahwa 2060 adalah tahun target bagi Beijing untuk mencapai netralitas karbon.
Pemerintahan baru presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menjadikan dan mengutamakan tindakan iklim sebagai Prioritasnya. John Kerry mantan menteri luar negeri Amerika Serikat telah diutus oleh Joe Biden sebagai utusan pertama kepresidenan Amerika Serikat di bidang iklim serta menjadikan John Kerry sebagai anggota tim keamanan nasionalnya.
Menanggapi pada saat konferensi pers secara langsung dan virtual, Sekertaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan adanya sejumlah alasan untuk berharap agar Beijing dan Whasington akan terlibat secara serius pada saat konferensi peninjauan perjanjian Paris yang dijadwalkan berlangsung Pada bulan November di Skotlandia.
Pihak Gedung Putih menyatakan bahwasanya Whasington sedang bersabar dan mencari pendekatan baru terkait hubunganya dengan China ketika kedua negara masih dalam persaingan strategis yang serius.
Sekertaris Jenderal PBB mencatat masalah perdagangan dan teknologi antara kedua negara besar ini rumit dan bisa mengakibatkan persaingan atau kerja sama.