Blitar - Penguasaan materi dan keberpihakan menjadi salah satu senjata ampuh untuk mewujudkan visi-misi dalam Pilkada Blitar 2024. Dalam debat perdana di Pendopo Ageng Hand Astasih, Srengat, ini menjadi momen krusial bagi kedua paslon untuk memaparkan visi, misi, dan program unggulan mereka di hadapan publik.
Debat tersebut memberikan gambaran persaingan sengit antara dua pasangan calon. Namun, perhatian terfokus pada performa pasangan calon nomor urut 2, Rini Syarifah dan Abdul Ghoni (Rindu), yang dinilai lebih unggul dalam penguasaan materi dibandingkan pasangan nomor urut 1, Rijanto dan Beky Herdihansah.
Pengamat politik sekaligus dosen sosiologi Universitas Islam Blitar (Unisba), Novi Catur Muspita mengamini. Menurutnya, dalam debat kali ini, pasangan Rini-Ghoni menunjukkan kualitas yang lebih matang.
“Dari hasil debat pada Jumat malam, sangat terlihat bahwa pasangan nomor urut 2 lebih menguasai materi dan lebih cerdas dalam menyampaikan gagasan mereka. Ini menjadi poin penting yang harus diperhatikan oleh masyarakat Blitar saat menentukan pilihan,” ujar Novi Catur Muspita, Sabtu (19/10/2024).
Sebagai petahana, Rini Syarifah tampil percaya diri sepanjang debat, terutama dalam sesi tanya jawab. Ia beberapa kali merujuk pada data dan catatan yang dibawanya, menunjukkan keahlian dalam memaparkan rencana pembangunan yang berbasis data.
Meski sempat dikritik karena sering membaca catatan, tim sukses Rini menegaskan bahwa hal ini justru menunjukkan keseriusan Rini dalam memastikan informasi yang disampaikan akurat.
M. Rifai, Ketua Tim Pemenangan pasangan Rini-Ghoni, menjelaskan bahwa Rini selalu memastikan setiap pernyataannya berdasarkan data yang valid.
“Penggunaan catatan adalah bagian dari strategi Mak Rini untuk menyampaikan program yang matang dan realistis. Semua data yang dipaparkan sudah melalui kajian dan survei independen, khususnya terkait pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat Blitar,” ungkap Rifai.
Rini, dalam debat tersebut, menegaskan bahwa data merupakan kunci dari kebijakan berkelanjutan. Ia berkomitmen untuk melanjutkan pembangunan dengan pendekatan berbasis fakta dan angka, sehingga rencana yang dibuat tidak hanya sekadar janji politik belaka.
“Kami ingin semua program pembangunan di Kabupaten Blitar tetap berkelanjutan, dan penggunaan data yang tepat adalah kuncinya,” ujar Rini.
Sementara itu, calon wakil bupati nomor urut 1, Beky Herdihansah, mendapat sorotan karena dinilai kurang aktif selama debat berlangsung.
Dalam beberapa sesi tanya jawab, Beky terlihat lebih banyak diam, bahkan sempat meninggalkan forum dengan alasan tertentu. Penampilannya yang pasif ini mengundang spekulasi terkait penguasaan materi oleh calon wakil dari pasangan Rijanto tersebut.
Namun, Raihan Tsany, juru bicara tim pasangan Rijanto-Beky, menjelaskan bahwa sikap diam Beky bukan berarti ia tidak menguasai materi debat.
“Beky lebih memilih untuk membiarkan Rijanto yang menjawab karena semua pertanyaan sudah diwakili oleh cabup kami. Beky adalah sosok yang lebih fokus pada tindakan nyata daripada retorika,” jelas Raihan.
Meski demikian, pengamat politik Novi Catur Muspita menilai bahwa peran aktif dari seorang calon wakil bupati sangat diperlukan dalam debat seperti ini.
“Debat adalah momen di mana para calon pemimpin daerah menunjukkan kompetensinya. Sikap pasif dapat dianggap sebagai kekurangan dalam hal penguasaan materi. Masyarakat Blitar tentu menginginkan pemimpin yang tanggap dan cerdas dalam merespons berbagai isu,” ujarnya.
Pasangan Rini-Ghoni tidak hanya unggul dalam penguasaan materi, tetapi juga dalam menyampaikan program-program unggulan yang konkret.
Salah satu poin utama yang disampaikan Rini adalah pentingnya pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Blitar, terutama dalam hal infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat desa.
Rini menyoroti bahwa peningkatan akses jalan dan layanan publik di pedesaan menjadi salah satu prioritas utama dalam programnya lima tahun ke depan.
“Kami ingin memastikan bahwa masyarakat di daerah terpencil juga mendapatkan akses yang memadai, baik dari segi infrastruktur maupun pelayanan publik,” ujarnya.
Selain itu, Rini juga menekankan pentingnya menciptakan lapangan kerja baru dan menarik investasi ke Kabupaten Blitar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kami berkomitmen untuk meningkatkan daya saing daerah agar Blitar mampu bersaing di tingkat nasional. Ini tidak hanya tentang membangun infrastruktur, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investor,” tegasnya.
Debat publik perdana ini memberikan gambaran awal mengenai kualitas dan kapasitas masing-masing pasangan calon.
Menurut Novi Catur Muspita, pasangan Rini-Ghoni menunjukkan keunggulan dalam penguasaan materi, terutama dalam hal penggunaan data untuk mendukung program-program mereka.
Hal ini, menurutnya, menjadi poin krusial yang harus dipertimbangkan oleh masyarakat Blitar dalam memilih pemimpin yang tepat untuk lima tahun ke depan.
“Pilkada bukan hanya soal popularitas, tetapi juga soal kompetensi dan kemampuan calon untuk memahami kebutuhan daerah. Dari debat ini, terlihat bahwa pasangan Rini-Ghoni lebih siap dan matang,” pungkas Novi.
Dengan hasil debat tersebut, masyarakat Blitar kini memiliki gambaran yang lebih jelas dalam menentukan pilihan pada Pilkada 2024 mendatang.