views
Era Reformasi menjadi sebuah optimistik bahwa demokrasi benar-benar akan dihidupkan dalam ruang lingkup kebangsaan indonesia dengan diturunkannya presiden Soeharto dari kursi kepresidenannya pada 21 Mei 1998 silam, setelah berkuasa 32 tahun.
Era itu sudah melahirkan catatan sejarah penting dalam keberlangsungan bangsa indonesia dalam kontestasi demokrasi yang ada, dan melegalkan semua partai politik untuk ikut serta dalam kontestasi pemilihan umum, akhirnya pada saat ini sudah tercatat empat presiden dengan kapabilitas kepresidenan hasil pemilu 09 Juni 1999, yakni K.H. Abd. Rohman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudoyono ( SBY ), dan H. Joko Widodo.
Namun dalam heuristik sejarah kepresidenan hasil demokratisasi era roformasi diindonesia hanya dua presiden terakhir saja, yang sampai dipercaya dua periode dalam memimpin birokrasi negara Indonesia yakni presiden SBY dan presiden Jokowi.
Kembali pada era reformasinya orde baru, yang tentunya tidak akan pernah terjadi jika tidak ada gerekan kemahasiswaan secara masif dan keberlanjutan , hingga puncak gerakan mundurnya presiden Soeharto 21 Mei 1998, adalah bukti bahwa mahasiswa sebagai patron kritis dan pahlawan keberlangsungan birokrasi pemerintahan yang sehat, dan amanah.
Tepat pada hari ini 25 tahun era roformasi (21 Mei 2023 ) mahasiswa sudah seharusnya merelaksasi dan merefleksikan kemenangan mahasiswa untuk mewujudkan birokrasi pemerintahan yang bersih, sehat dan dapat dipercaya ( amanah).
Bukan tidak mungkin dua masa kepresidenan yang panjang ( SBY, dan Jokowi) terdapat masalah yang harus dibenahi dan dikatrol langsung oleh pahlawan reformasi ( Mahasiswa ) untuk mengembalikan marwah kemahasiswaan yang sejatinya sebagai aspirator masyarakat murni berpihak terhadap masyarakat.
Tri fungsi mahasiswa yang menjadi tolak ukur keberadaan dan legitimasi sebagai mahasiswa yakni sebagai patron pembaharuan, dan garda terdepan dalam perubahan yang lebih baik ( agen of change), social controll, iron stock, serta moral forces sebuah keharusan dalam indonesia yang lebih baik.
Nilai perjuangan dan pergerakan harus tetap mengalir, dari generasi ke genarasi seperti liric yang dikumandangkan oleh generasi 98 " Di tangan kita tergenggam arah bangsa" , terlepas dari kebodohan penulis, penulis masih sangat yakin bahwa mahasiswa saat ini masih memiliki tekad yang sama, genggaman tangan yang sama, dan keberanian yang sama dalam mewujudkan cita-cita bangsa.
"Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba. Jadi, tetaplah bersemangat elang rajawali" kata soekarno
Facebook Conversations